Rabu, 10 Juni 2015

Artikel Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pendidikan di Indonesia

 Artikel Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pendidikan di Indonesia
Wirda Rahmani
Program Studi Pendidikan Guru SD
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK
Penulisan artikel ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui keunggulan dan kekurangan dari kurikulum 2013
  2. Mengetahui ciri dan karakteristik kurikulum 2013

Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka. Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan.
Pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan.
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
ABSTRACT
This study aims to:
  1. Knowing the advantages and disadvantages of the curriculum in 2013
  2. Knowing the traits and characteristics of the curriculum in 2013

The method used is book study method. Curriculum 2013 (K-13) is a fixed curriculum implemented by the government to replace Curriculum Education Unit which has been in force for more than 6 years. Curriculum 2013 entry in percobaanya period in 2013 by making some schools into schools experiment.
In 2014, Curriculum 2013 has been applied in Class I, II, IV, and V, while for Class VII and VIII junior and senior classes X and XI. Hopefully, in 2015 has been implemented at all levels of education.
Curriculum 2013 has three aspects of assessment, namely the aspect of knowledge, skills aspects, and aspects of attitudes and behavior. In Curriculum 2013, especially in the learning materials are materials that streamlined and material is added.

Keywords: Curriculum 2013

PENDAHULUAN
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Kurikulum dibuat secara sentralistik, oleh karena itu setiap satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang disusun oleh pemerintah pusat.
Berdasarkan UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mulai tahun ajaran 2006/2007, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah diresmikan pada tanggal 7 Juli 2006. Kurikulum tersebut mengakomodir kepentingan daerah. Guru dan sekolah diberikan otonomi untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi sekolah, permasalahan sekolah dan kebutuhan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya kesanggupan guru untuk membuat kurikulum yang mendasarkan pada kebolehan, kemampuan dan kebutuhan sekolah.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini berarti satuan-satuan pendidikan harus mampu mengembangkan komponen-komponen dalam kurikulum KTSP. Komponen yang dimaksud mencakup visi, misi, dan tujuan tingkat satuan pendidikan; struktur dan muatan; kalender pendidikan; silabus sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran.
M. Skilbeck (1984): The learning experiences of students, in so far as they are expressed or anticipated in goals and objectivies, plans and designs for learning and implementation of these plans and design in school environments. (Pengalaman-pengalaman murid yang diekspresikan dalam cita-cita dan tujuan-tujuan, rencana-rencana dan desain-desain untuk belajar dan implementasi dari rencana-rencana & desain-desain tersebut dalam kegiatan belajar di lingkungan sekolah.
Grayson (1978)  menjelaskan; Kurikulum;  suatu perencanaan untuk men-dapatkan keluaran (out-comes) yang diharap-kan dari suatu pembelajaran disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasi-kan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Donald  F. Gey (1960)  rumusan kurikulum;
  • Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang logis,
  • Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk membawa perubahan perilaku anak,
  • Kurikulum merupakan desain kelompok sosial untuk menjadi pengalaman belajar anak di sekolah,
  • Kurikulum terdiri atas semua pengalaman anak yg mereka lakukan di bawah bimbingan belajar.

Kurikulum  => program dan pengalaman belajar serta hasil belajar yang diformulasi-kan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembang-an pribadi dan kompetensi sosial  anak didik.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yakni mengkaji berbagai literatur untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepadapencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalamproses penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukungfoto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83).
Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun mempunyai kelemahan dan keunggulan.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik  tingkat SD dan SMP.
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga  dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.
2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri  merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian pada Rapor di kurikulum 2013  tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, danjuga  Sikap. Setiap kolom nilai tersebut  (Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2bagia  kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan system nilai interval.
Keunggulan kurikulum 2013:
  1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
  2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
  3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.
  4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
  5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
  6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.
  7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
  8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
  9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
  10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
  11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.
  12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)
  13. Guru berperan sebagai fasilitator
  14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
  15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat
  16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah
  17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
  18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
  19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

Kelemahan kurikulum 2013:
  1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
  2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
  3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
  4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
  5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
  6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
  7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
  8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
  9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
  10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
  11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
  12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
  13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
  14. Guru tidak tiap dengan perubahan
  15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara holistic.
  16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
  17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
  18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
  19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
  20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
  21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
  22. Menambah beban kerja guru.
  23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013
  24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada unsur keterpaksaan.

Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas, yaitu peserta didik  tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar. Peserta didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi yang ditentukan (John Carrol). Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama dengan materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Kompetensi pada kategori pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
2. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi:
·         Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan hal yang saling berkaitan.
·         Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
·         Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilain.
·         Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
·         Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3. Penilaian Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan selama pembelajaran berlangsung. Untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir semester.
4. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
5. Berdasarkan Acuan Kriteria
Penilaian berdasarkan acuan kriteria maksudnya penilaian harus didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalya ketuntasan belajar minimal (KKM).
Pemerintah juga meyakinkan masyarakat karena adanya kekhawatiran jika Kurikulum 2013 menghapus beberapa mata pelajaran. Mantan Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran. Mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran TIK juga diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Sebagai contoh, ketika guru memberikan tugas seperti melakukan presentasi dan membuat laporan, TIK berperan dalam hal pembuatan slide presentasi dan menggunakan internet untuk mencari sumber referensi  tugas. Dengan kata lain, jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka, mengetik, dan pencarian di internet, dalam Kurikulum 2013 kemampuan tersebut harus bisa diaplikasikan langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian diatas bahwa pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific melalui mengamati, menanya, menalar, menganalisa dan mencoba. Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Menuntun siswa untuk menari tahuu bukan diberi tahu (discovery learning). Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistimatis dan kreatif.
Manajemen pelaksanaan kurikulum di sekolah merupakan bagian dari program peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan pola pengelolaan pelaksanaan kurikulum secara nasional. Manajemen pelaksanaan kurikulum di sekolah mengatur kegiatan operasional dan hubungan kerja personil sekolah dalam upaya melayani siswa mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan
Kegiatan sekolah tersebut terkait dengan kurikulum yang meliputi perencanaan kegiatan belajar mengajar berdasar kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal, penyampaian kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi

SARAN
      Kurikulum 2013 masih perlu ditinjau ulang dikarenakan sosialisasinya masih dapat dibilang sangat nihil dilakukan oleh pemerintah. Juga banyak sekali opini public yang kontra terhadap kurikulum 2013 ini.
      Negeri kita yang tercinta ini sangat luas dan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Oleh karena itu rasanya tidak adil kalau hanya melakukan sosialisasi di daerah perkotaan semata. Bagaimana dengan daerah pesisir pantai, pedalaman kampung, dan masih banyak lagi daerah terpencil yang tidak terjangkau yang secara harpiah belum tentu siap dengan perubahan kurikulum yang demikian itu.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda Karya, 2014.
Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Yogyakarta: Kata Pena.

Rabu, 20 Mei 2015

SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH

SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH
Peran pengawas dalam membina guru atau yang lebih dikenal dengan istilah supervisi pendidikan/pengajaran, kedudukannya sangat strategis dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme guru khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, pengawas diharapkan mampu membimbing, membina, dan mendorong guru dalam memecahkan problematika kegiatan belajar mengajar yang dihadapi guru. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaiful Sagala (2010 : 95) yaitu kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru. Kemampuan profesional ini tercermin pada kemampuan guru memberikan bantuan belajar kepada muridnya, sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya.
Supervisi juga dilaksanakan oleh supervisor secara konstruktif dan kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam belajar. Pendapat senada disampaikan oleh Ali Imron (2011 : 23) mengartikan bahwa supervisi pembelajaran adalah bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, teruama dalam proses belajar mengajar. Melalui kegiatan supervisi tersebut diharapkan terbaikinya proses belajar mengajar, yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan. Terbaikinya proses belajar mengajar yang pencapaiannya antara lain melalui peningkatan
kemampuan profesional guru tersebut diharapkan memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan.
Peranan supervisor pendidikan yang disandang oleh pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik harus dihindarkan tindakan-tindakan yang bersifat menyuruh atau menggurui, tetapi hendaknya harus dilakukan dengan pola pendekatan kemitraan dengan jalan mendukung, membantu, dan membagi tugas dan pekerjaan kepada seluruh komponen pendidikan. Imam Wahyudi (2012 : 48 – 49) mengemukakan delapan prinsip yang dapat digunakan dalam melakukan tindakan supervisi. Prinsip-prinsip itu mencakup sistematis, objektif, realistic, antisipatif, konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan. Sistematis, dalam arti supervisi dikembangkan dengan perencanaan yang matang sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Objektif, artinya supervisi memberikan masukan sesuai dengan aspek yang terdapat dalam instrumen. Realistic, artinya supervisi didasarkan atas kenyataan sebenarnya, yaitu pada keadaan atau hal-hal yang sudah dipahami dan dilaksanakan oleh para staf sekolah. Antisipatif, artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitankesulitan yang mungkin akan terjadi. Konstruktif, artinya supervisi memberikan saran-saran perbaikan kepada yang disupervisi untuk terus dikembangkan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku. Kreatif, artinya supervisi mengembangkan kreatifitas dan inisiatif guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. Kooperatif, artinya supervisi mengembangkan perasaan kebersamaan untuk menciptakan dan mengembangkan situasi pembelajaran yang baik. Kekeluargaan, artinya supervisi mempertimbangkan saling asah, asuh dan asih antarwarga sekolah yang sering dikenal dengan Tutwuri Handayani. Mengacu pada konsep, prinsip dan teknik supervisi serta peran profesional supervisor, pada tatanan tugas guru yang cukup kompleks diperlukan sebuah pendekatan supervisi yang betul-betul mampu mengarahkan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru di kelas (dalam proses pembelajaran). Namun peran supervisor sering kali keluar dari koridor supervisi yang sebenarnya, seringkali supervisor bertindak sebagai seorang evaluator, supervisi dilakukan bukan karena kebutuhan yang dirasakan guru melainkan karena supervisor itu sendiri dituntut harus menjalankan tugasnya. Supervisi yang dilakukan secara tradisional cenderung tidak menyenangkan, maka interaksi antara guru dengan supervisor cenderung untuk dihindari dan dikurangi.
Kemampuan pengawas dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor pendidikan juga tercermin dalam penentuan materi-materi supervisi, yakni terdiri dari perencanaan program meliputi: program/materi supervisi yang berhubungan/berkaitan dengan administrasi guru yakni: program tahunan, program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kalender pendidikan, jadwal tatap muka, agenda harian, daftar nilai, kriteria ketuntasan maksimal (KKM), dan absensi siswa. Materi menyangkut materi pelaksanaan KBM diarahkan pada materi pengelolaan kelas mulai dari kegiatan membuka, kegiatan inti, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan materi tindak lanjut kegiatan supervisi diarahkan pada upaya perbaikan mutu hasil pembelajaran.
Selain itu, penerapan pola supervisi akademik yang dilakukan pengawas juga cukup bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengawas telah memiliki pengetahuan dan keterampilan bagaimana menerapkan pola supervisi agar kegiatan supervisi yang dilakukannya dapat menarik perhatian serta tidak membosankan bagi guru. Sebagaimana telah disampaikan, mulai dari tahapan kegiatan supervisi, waktu yang dipilih untuk kegiatan supervisi, media atau alat yang digunakan dalam melakukan supervisi, maupun evaluasi kegiatan supervisi, secara keseluruhan dilakukan secara bervariasi.
Aspek-Aspek yang disupervisi oleh Pengawas Sekolah adalah aspek perencanaan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan tindak lanjut.
Aspek perencanaan pembelajaran, yakni program/materi supervisi yang berhubungan/berkaitan dengan administrasi guru meliputi: program tahunan, program semester, silabus, RPP, KKM, kalender pendidikan, jadwal tatap muka, agenda harian, daftar nilai, dan absensi siswa.
Pada komponen pelaksanaan pembelajaran, kegiatan supervisi diarahkan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
Sedangkan pada kegiatan tindak lanjut, kegiatan supervisi diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan profesional guru , dan dilakukan upaya perbaikan mutu pendidikan melalui supervisi administrasi penilaian pembelajaran dengan jalan pembimbingan guru sebagai refleksi dan feedback hasil penilaian kinerja.
Dilihat dari pendekatannya, pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi menerapkan tiga model pendekatan, yakni: menggunakan pendekatan kedinasan, pendekatan sebagai mitra kerja, dan pendekatan cara kekeluargaan. Sedangkan dilihat dari teknik, pengawas menerapkan atau melaksanakan kegiatan supervisi dengan teknik-teknik yang cukup bervariasi.
Teknik-teknik kegiatan supervisi pengawas yang dapat diidenifikasi antara lain: teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi, teknik pertemuan individual, dan teknik kunjungan kelas/lapangan. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengawas telah memiliki keterampilan yang cukup baik dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor pengajaran. Dengan demikian maka keterampilan yang dimiliki pengawas tersebut merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki dinas pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam hal mengelola KBM, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Pengawas sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor pendidikan tidak dapat dilepaskan dari beberapa kendala baik secara internal maupun eksternal. Secara internal kendala-kendala kegiatan supervisi dapat diidentifikasi menjadi dua jenis, yakni kendala yang berhubungan dengan teknis dan kendala yang bersifat non-teknis. Secara teknis kendala pengawas dalam mengadakan kegiatan supervisi yaitu kendala yang berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan sebagai supervisor, sedangkan kendala yang bersifat non-teknis diantaranya adalah jika pengawas sakit sementara guru-guru yang lain kurang respon, maka jadwal kegiatan supervisi menjadi terganggu. Upaya yang dilakukan pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik itu dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah berkat kemampuan yang dimiliki oleh pengawas sekolah yang selalu membina atau membangun komunikasi yang baik dengan para guru dan kepala sekolah. Asumsi ini berdasarkan fenomena bahwa pengawas sekolah selalu melibatkan kepala sekolah dan para guru dalam membuat program pengawasan dan selalu melakukan sosialisasi program dan jadwal yang telah dibuatnya kepada guru dan kepala sekolah di sekolah. Hal tersebut tampak pada saat akan melakukan supervisi akademik selalu mendapat respon yang baik dari kepala sekolah dan para guru.
Guru-guru yang akan diberikan supervisi selalu menyambut baik dan selalu siap ketika mengetahui ada pengawas sekolah datang ke sekolah untuk melakukan supervisi akademik. Kepala sekolah pun selalu menunjukkan sikap yang bersahabat dan menganggap kehadiran pengawas di sekolah dirasakan membantu tugas dan akivitasnya. Hal itu semua disebabkan berkat terjalin komunikasi dengan baik. Mereka selalu memberikan respon yang positif karena sudah memiliki persepsi yang sama mengenai program dan jadwal pelaksanaan supervisi akademik tersebut.
Kunjungan pengawas sekolah lebih sering dan lebih banyak membantu guru baik melalui kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian mapun pembimbingan dan pelatihan. Di sekolah ini sudah terbentuk budaya menghormati dan memuliakan tamu, siapa saja yang datang ke sekolah selalu disambut dan dilayani dengan baik mulai dari staf TU, guru-guru sampai oleh kepala sekolahnya sendiri tidak terkecuali pengawas sekolahnya. Kehadiran pengawas selalu disambut dengan hangat bahkan dengan penuh keakraban para guru bersemangat melakukan konsultasi seputar permasalahan pembelajaran yang sedang dihadapinya. Pengawas sekolah sangat leluasa dalam melaksanakan supervisi akademik.

Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD

Teori Belajar Kognitif Sosial

Teori Belajar Kognitif Sosial
(Cognitive and Social Theories of Learning)

A. Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) menyatakan bahwa sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif merupakan ekspetasi siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Albert Bandura merupakan salah satu yang merancang teori kognitif sosial.
Albert Bandura mengembangkan Model Deterministic Reprical.
Model Deterministic Reprical adalah perilaku lingkungan dan orang (keyakinannya) semua berinteraksi dan interaksi ketiganya itu harus dipahami dahulu sebelum kita bisa memahami fungsi psikologis dan perilaku manusia.
Model Deterministic Reprical terdiri dari 3 faktor utama yaitu:
  1. Perilaku
  2. Person/kognitif
  3. Lingkungan
B. Pembelajaran Obravisional
Operant conditioning adalah suatu usaha pengkondisian untuk menimbulkan dan mengembangkan respon sebagai usaha memperoleh "penguatan (reinforcement)".
Operan conditioning meliputi proses-proses belajar yang mempergunakan otot-otot secara sadar, memberikan jawaban dengan otor-otot tersebut dan mengikutinya dengan pengulangan untuk penguatan. Perilaku tersebut masih dikendalikan faktor luar (faktor lingkungan, arangsangan atau stimulus) akan sangat memperngaruhi respon-respon yang akan diperhatikan.
Teori tentang belajar atau proses pengkobdisisab operan dikembangkan oleh Skinner (1938).
Pembelajaran oberavisional disebut sebagai pembelajaran imitasi atau modeling adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengamati atau meniru perilaku oranf lain.
Menurut Bandura (1986) proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran oberavisional ada empat, yaitu:
  1. Atetensi
  2. Retensi
  3. Produksi
  4. Motivasi
C. Menggunakan Pembelajaran Observasional Secara Efektif
Agar pembelajaran Observasional menjadi efektif perlu mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu:
Pertimbangkan tipe model
Tunjukan dan ajari perilaku baru
Menggunakan teman sebaya sebagai model yang efektif
Mentor digunakan sebagai model
Undang tamu ke kelas
Pertimbangkan model yang dilihat anak di tv, video atau komputer

D. Teknologi dan Pendidikan
Acara-acara televisi yang bertujuan mendidik anak-anak adalah film yang didesai untuk mengajarkan keterampilan kognitif dan sosial anak.
Contohnya film Sesame Street, Dora the Explorer dan Ipin Upin.

E. Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri
Dalam pendekatan kognitif adalah mengubah perilaku dengan menyuruh orang untuk memonitor, mengelola mengatur perilaku untuk dipengaruhiboleh faktor eksternal.
Metode intruksi diri (self intructional method) adalag sebuah teknik perilaku kognitif yang digunakan untuk mengajari individu memodifikasi perilaku mereka sendiri.

F. Evaluasi Pendekatan Kognitif Sosial
Pendekatan kognitif sosial memberikan kontribusi penting untuk mendidik anak. Pembelajaran yang dilakukakan mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian meniru apa yang mereka lakukan.
Kelemahan dalam menggunakan teori kognitif sosial dikelas kesulitan dalam menerapkan porsi self efficacy dan komponen regulasi diri. Masalah lain adalah bahwa dalam memilih model untuk perilaku, orang mungkin kehilangan bebrapa anggita belajar dengan alasan bahwa salah memilih model.
kelebihan teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan  bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus  (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi anatara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori sisoal lebih ditekankan pada konditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan kognitif.

Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD

Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu menurut Wina (2006), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning (2007), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.
Menurut banyak keluhan-keluhan guru tentang pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah dilakukan, diantaranya:

  • pemborosan waktu
  • siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam kelompok
  • siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya tidak adil
  • siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu
  • terjadi situasi kelas yang gaduh.

Telah disebutkan di atas bahwa tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif.
Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai berikut.

  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
  3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

  1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. ika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
  3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masingmasing individu.

Terdapat 6(enam) sintaks/langkah dalam pembelajaran kooperatif.

  1. Langkah 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
  2. Langkah 2: menyajikan informasi - Guru menyajikan informasi kepada siswa.
  3. Langkah 3: mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar - Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
  4. Langkah 4: membimbing kelompok belajar - Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
  5. Langkah 5: evaluasi - Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
  6. Langkah 6: memberikan penghargaan - Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Menurut Muslimin dkk (2000), hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:

  • meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
  • rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  • memperbaiki kehadiran
  • penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
  • perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
  • konflik antar pribadi berkurang
  • sikap apatis berkurang
  • motivasi lebih besar atau meningkat
  • hasil belajar lebih tinggi
  • meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:

  1. Penyajian Kelas = Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
  2. Menetapkan siswa dalam kelompok = Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.
  3. Tes dan Kuis = Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
  4. Skor peningkatan individual = Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD.
  5. Pengakuan kelompok = Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.

  1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
  2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
  3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
  4. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
  5. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu
  6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
  7. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.



Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD

SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR

SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR
Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran.
Nama-nama Bangun Datar :

  • Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.
  • Persegi, yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.
  • Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.. macam macamnya: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang
  • Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar.
  • Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.
  • Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.
  • Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
  • Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.

1. Persegi
Mempunyai 4 sisi
Keempat sisinya sama panjang
Diagonalnya membagi 2 sama panjang
Keempat sudutnya sama besar
Mempunyai 4 simetri lipat
Mempunyai 4 simetri putar


2. Persegi panjang
Mempunyai 4 sisi
Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
Diagonalnya membagi dua sama panjang
Keempat sudutnya sama besar
Mempunyai 2 simetri lipat
Mempunyai 2 simetri putar


3. Segitiga
Mempunyai 3 sisi
Macam-macam segitiga : a. Berdasarkan besar sudut
Segitiga lancip : segitiga yang besar sudutnya kurang dari 90
Segitiga siku-siku : segitiga yang besar sudutnya 90
Segitiga tumpul : segitiga yang besar sudutnya lebih dari 90
b. Berdasarkan panjang sisi
Segitiga sebarang : segitiga yang ketiga sisinya tidak sama panjang
Segitiga sama sisi : segitiga yang ketiga sisinya sama panjang
Segitiga sama kaki : segitiga yang dua sisinya sama panjang


4. Jajar genjang
Mempunyai 4 sisi
Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
Diagonalnya saling membagi dua sama panjang
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
Tidak mempunyai simetri lipat
Mempunyai 2 simetri putar


5. Trapesium
Mempunyai 4 sisi
Sisi-sisinya tidak sama panjang
Diagonalnya tidak membagi dua sama panjang
Mempunyai 1 simetri putar

6. Layang-layang
Mempunyai 4 sisi
Mempunyai 2 pasang sisi yang sama panjang
Diagonalnya saling tegak lurus tetapi tidak semua diagonal membagi dua sama panjang
Sudut-sudut yang berhadapan tidak semua sama besar
Mempunyai 1 simetri lipat
Mempunyai 1 simetri putar


7. Belah ketupat
Mempunyai 4 sisi
Keempat sisinya sama panjang
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
Diagonalnya saling tegak lurus membagi dua sama panjang
Mempunyai 2 simetri lipat
Mempunyai 2 simetri putar


8. Lingkaran
Mempunyai simteri lipat yang tak terbatas
Mempunyai simetri putar yang tak terbatas

Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD



Resensi Film Sang Pencerah

Resensi Film

Judul Film : Sang Pencerah
Tanggal Rilis : 8 September 2010
Durasi : 112 Menit
Genre : Drama, Sejarah Indonesia
Produser : Raam Punjabi
Produksi : Mvp Pictures
Sutradara : Hanung Bramantyo
Skenario : Hanung Bramantyo
Musik oleh : Tya Subiakto
Pemain : - Lukman Sardi - Agus Kuncoro
               - Slamet Rahardjo - Dennis Adhiswara
               - Zaskia Adya Mecca - Sujiwo Tejo
               - Giring Nidji - Joshua Suherman
               - Ihsan Idol - Yatti Surachman
               - Ikranegara

Dirilis bertepatan Hari Raya Idul Fitri 1432 H., film ini memecahkan rekor pencapaian jumlah penonton di atas 1 juta orang. Tidak ada film Indonesia lain buatan tahun 2010 yang mampu mendekatinya, apalagi menyamainya.
Judulnya merupakan representasi citra K.H. Ahmad Dahlan yang jadi sentral pengisahan film ini. Di masanya, ia merupakan pembaru atau pencerah dari ajaran Islam di Indonesia. Ia kemudian dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi massa bercorak ke-Islam-an terbesar di Indonesia. Kini, anggota dan alumninya mencapai puluhan juta orang dengan fokus utamanya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Meskipun film ini berbasis tokoh sejarah yang benar-benar ada, namun sebagian kisahnya fiksi. Terutama sekali karena minimnya catatan fakta sejarah di masa itu. Kita harus mafhum, di zaman kolonial Belanda, pribumi sangat dibatasi. Akses ke pendidikan sangat terbatas, sehingga yang mampu membaca dan menulis juga amat sangat sedikit. Masa muda Ahmad Dahlan sebelum ia berangkat berguru ke Mekkah, Saudi Arabia tidak ada catatannya. Maka, sutradara Hanung Bramantyo dan timnya berupaya mereka ulang secara fiksional.
Dikisahkan, pemuda Muhammad Darwis gelisah. Putra seorang ulama Yogyakarta Kyai Abubakar itu sedih melihat praktek penerapan Islam yang bercampur animisme kejawen. Maka, dengan restu orangtuanya, ia berangkat haji ke Mekkah sekaligus berguru agama di Saudi Arabia. Ia kembali lima tahun kemudian sebagai seorang pemuda yang matang. Sebagai kebiasaan di tanah Jawa, Darwis pun mengganti namanya menjadi ‘nama tua’: Ahmad Dahlan.
Ketika ayahnya wafat, Dahlan pun didapuk sebagai penggantinya. Ia menjadi salah satu imam masjid termuda di wilayah kraton Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Segera saja pengajiannya ramai dipenuhi oleh kaum muda, terutama karena pandangan-pandangannya tentang Islam yang progresif. Hal ini menimbulkan kegelisahan di kalangan para ulama yang lebih senior. Ia dipandang menghasut dan menyebarkan ajaran sesat. Apalagi setelah ia mampu membuktikan bahwa Masjid Besar yang berada di lingkungan kraton dan hampir semua masjid di Yogyakarta salah arah kiblatnya. Dengan kompas dan peta, Ahmad Dahlan menunjukkan kiblatnya tidak mengarah ke Mekkah, melainkan ke Afrika.
Ahmad Dahlan dimusuhi, bahkan tindakan kekerasan dilakukan. Tempat pengajian dan pengajaran yang terletak di samping rumahnya dirubuhkan. Tapi Ahmad Dahlan tak kehilangan akal, ia malah mengajarkan Islam di sekolah Belanda. Tempat pengajaran baru yang didirikan pun ‘bergaya barat’ dengan memakai meja dan kursi, bukan sekedar ‘lesehan’. Ia dikutuki bid’ah alias sesat. Tapi Ahmad Dahlan tak gentar. Pengikutnya makin lama makin banyak, juga beberapa kyai tua mulai ikut mendukungnya.
Ia kemudian menikahi sepupunya, Siti Walidah. Bersama istrinya dan para sahabat setianya seperti Dirjo, Fahrudin, Hisyam, Sangidu dan Sudja, Ahmad Dahlan lantas mendirikan organisasi bernama “Muhammadiyah”. Tujuannya adalah memurnikan Islam dari pengaruh ajaran syirik terutama kejawen, dan kembali merujuk kepada Islam yang murni.
Secara umum, film ini memang sangat layak dipuji. Penggarapannya detail, termasuk didahului riset sejarah sebelumnya. Pakaian, bangunan dan ornamen lainnya dibuat khusus untuk film ini sehingga kemiripan dengan kondisi dan situasi abad ke-19 sangat mendekati. Meski tidak ada pemain yang bersuku Jawa, namun adat-istiadat Jawa yang mewarnai keseluruhan film cukup tertata. Saya pribadi menyukai detail penggambaran ruangan masjid yang terpisah antara raja dan kawula, termasuk keharusan menyembah rombongan Sultan saat masuk masjid. Ironis, tapi memang itulah fakta sejarahnya. Satu yang agak membingungkan saya, dimanakah sebenarnya letak masjid Ahmad Dahlan sehingga begitu menghebohkan Masjid Besar? Di film tidak diterangkan seberapa dekat jaraknya, karena di masa itu transportasi tentu sangat sulit. Kalau letaknya sangat di pedalaman, hampir tidak mungkin akan memberikan pengaruh langsung kepada Masjid Besar yang merupakan masjid resmi Kraton Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.
Selain itu, hampir semua pemain bermain apik. Sinematografi dan pengambilan gambarnya bagus, tak heran ia diganjar The Best Picture dalam Festival Film Bandung pada 6 Mei 2011.


Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD

PERKEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR

“Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.”

Perjalanan Kurikulum Pendidikan
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
  1. RENCANA PELAJARAN 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
  2. RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952), Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
  3. KURIKULUM 1968 (Rencana Pendidikan 1968), Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
  4. KURIKULUM 1975, Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
  5. KURIKULUM 1984 Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL)., Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompok kan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
  6. KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999 (Caturwulan), Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang. Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. "Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses," kata Mudjito menjelaskan.
  7. KURIKULUM 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikukum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. 
  8. KTSP 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:
Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan 5 pilar yaitu :
  1. Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Belajar untuk memahami dan menghayati
  3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
  4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
  5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri

Nama Dosen : Dirgantara Wicaksono
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pkn di SD